Saatnya Pemuda Masjid Bangkit Menjadi Pelopor Peradaban dan Kemandirian Bangsa

Oleh: Nanang Mubarok,Ketua Umum DPP BKPRMI

Tanggal 20 Mei 2025, kita kembali memperingati Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas) yang ke-117. Peringatan ini tidak boleh hanya menjadi seremoni atau sekadar mengenang sejarah, melainkan menjadi momentum reflektif sekaligus strategis bahwa kemajuan bangsa selalu lahir dari kesadaran kolektif dan kontribusi nyata generasi muda.

Sejarah mencatat, Kebangkitan Nasional ditandai dengan berdirinya Boedi Oetomo 1908. Dibaliknya, ada pemuda terdidik yang menginisiasi bangkitnya bangsa dari ketertinggalan. Mereka menyadari bahwa kebodohan, kemiskinan, dan perpecahan adalah musuh utama bangsa, dan jalan keluarnya adalah pendidikan, persatuan, dan organisasi. Maka, sejarah mencatat: kebangkitan Indonesia tak pernah lepas dari peran pemuda. Sejak itu, pemuda selalu menjadi aktor utama perubahan: dari Proklamasi (1945)hingga Reformasi (1998) sampai era digitalisasi sekarang ini.

Kini, Indonesia berada di persimpangan sejarah baru—dengan bonus demografi sebagai peluang sekaligus tantangan. Lebih dari 60% penduduk berada dalam usia produktif yang notabene adalah kaum muda. Ini adalah “masa keemasan” yang hanya datang sekali dalam sejarah sebuah bangsa.

Namun, tanpa strategi dan kontribusi nyata, bonus ini dapat berubah menjadi beban. Tingginya pengangguran pemuda, rendahnya literasi keuangan dan digital, serta masih banyaknya remaja putus sekolah hingga minimnya akses pendidikan dan keterampilan menjadi tantangan serius. Maka, pertanyaannya: di mana pemuda hari ini menempatkan diri? Apa kontribusi mereka untuk bangsa?

Masjid dan Pemuda: Pilar Kebangkitan Baru

Di tengah realitas ini, pemuda masjid hadir sebagai motor perubahan. Bukan hanya karena mereka religius, tetapi karena mereka menjadi bagian dari civil society dan gerakan sosial yang solutif dan terorganisir. Masjid kini tidak lagi sebatas tempat ibadah, tetapi telah berevolusi menjadi pusat gerakan sosial: edukasi, literasi, pemberdayaan, ekonomi rakyat, kemanusiaan, hingga transformasi sosial.

Pemuda masjid adalah generasi yang tidak hanya melek agama, tetapi juga sadar sosial. Mereka adalah simpul baru kebangkitan yang menjembatani nilai-nilai Islam rahmatan lil alamin dengan kebutuhan riil masyarakat.

Dalam konteks kebijakan nasional pemerintahan Presiden Prabowo Subianto, yang mengusung Asta Cita—delapan cita-cita strategis bangsa—peran generasi muda masjid sangat relevan dan memiliki ruang kontribusi luas: dari swasembada pangan, pengentasan kemiskinan, penciptaan lapangan kerja, pengokohan ideologi, pembangunan SDM, pembangunan dari desa, hingga penguatan ekonomi kerakyatan.

Gerbang Emas: Swasembada dari Masjid untuk Bangsa

Salah wujud kontribusi nyata, DPP BKPRMI (Badan Komunikasi Pemuda Remaja Masjid Indonesia) menggulirkan Gerakan Bangun Ekonomi Masjid (Gerbang Emas). Inisiatif ini merupakan langkah konkret bagaimana masjid sebagai aktor aktif dalam pemberdayaan umat sekaligus penggerak swasembada pangan mendukung ketahanan pangan nasional.

Dengan memanfaatkan lahan tidur di sekitar masjid,Gerbang Emas mendukung langsung Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang menjadi bagian Asta Cita Presiden dengan menyediakan bahan baku lokal. Lahan-lahan itu digarap untuk menanam sayur, buah, perikanan, peternakan dan sumber pangan lain.

Lebih dari itu, Gerbang Emas ini juga menciptakan UMKM baruberbasis masjid, menyerap tenaga kerja produktif, serta memberdayakan remaja putus sekolah. Masjid menjadi episentrum ekonomi rakyat—bukan hanya tempat ibadah, tapi juga tempat bekerja, belajar, dan berdaya.

Ini bukan utopia. Ini adalah bentuk nyata bagaimana masjid menjelma menjadi pusat swasembada pangan, kemandirian ekonomi, dan penanggulangan kemiskinan berbasis komunitas.

Kebangkitan dari Masjid: Jalan Baru Indonesia Maju

Di tengah krisis global multidimensi yang melanda dunia—ekonomi, ekologi, sosial hingga spiritual—Indonesia memerlukan pusat-pusat peradaban baru yang tumbuh dari bawah. Masjid adalah simpul strategis itu. Masjid hadir sebagai pusat solusi keumatan, kebangsaan dan kemanusiaan. Ia memiliki legitimasi moral, basis massa, dan daya mobilisasi yang kuat.

Kita tidak lagi berbicara tentang kebangkitan simbolik, tetapi kebangkitan yang terukur dan berdampak. Kebangkitan yang dimulai dari bawah, dari akar rumput, dari tempat yang paling dekat dengan rakyat: masjid.

Hari Kebangkitan Nasional ke-117 ini harus menjadi momentum dan titik tolak kebangkitan nasional jilid dua.Jika dulu Boedi Oetomo menginspirasi perubahan dari ruang kelas akademik, kini saatnya masjid menjadi pusat lahirnya solusi zaman. Kebangkitan dimulai dari halaman masjid, kebun masjid, dan lumbung pangan umat di sekitar masjid.

Jika dulu pemuda Indonesia bangkit lewat organisasi dan surat kabar, maka hari ini mereka harus bangkit lewat gerakan ekonomi umat, kemandirian pangan, dan penguatan karakter bangsa.

Pemuda masjid adalah harapan kita. Mereka adalah penjaga akhlak bangsa, motor ekonomi umat, sekaligus pengawal cita-cita besar Indonesia. Dari masjid, kita bangkit. Dari masjid, kita swasembada. Dari masjid, kita wujudkan Indonesia yang adil, mandiri, dan berperadaban.

Pemuda masjid adalah wajah baru kebangkitan itu.

____________________

 

Tentang Penulis:

Nanang Mubarok adalah aktivis dakwah, penggerak komunitas masjid, dan pemerhati isu kepemudaan dan kebangsaan, sekaligus penulis buku dan inisiator Gerbang Emas untuk

Indonesia Emas. Saat ini aktif sebagai Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat Badan Komunikasi Pemuda Remaja Masjid Indonesia (DPP BKPRMI) dan jaringan pemberdayaan

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 




Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *